Aku masih duduk di kelas 4 SD, aku yang masih tidak memahami banyak hal, aku yang hanya berpikir tentang apa yang bisa membuat aku merasa senang, ya aku hanya lah anak kecil yang tak bisa melakukan apa-apa, aku yang hanya menjalani hidup dengan bangun pagi sarapan dan berangkat kesekolah, pulang, makan siang dan menghabiskan waktu sendirian.
Aku hanya sendiri di rumah, ayah ku yang bekerja, adik ku yang tinggal di desa bersama kakek dan nenek, saat itu keadaan ibu ku yang sangat buruk, beliau yang sedang sakit paru-paru, dan tak bisa menjalankan kehidupan seperti biasa, hanya bisa terbaring lemah di atas ranjang, sementara adik ku yang masih reel dan sering menangis, menegetahui dan mengingat hal ini membuatku menangis saat ini, merasa menjadi anak yang tak berbakti dengan orang tua.
Ya, aku masih lah anak kecil pada waktu itu, padasuatu hari saat ayah ku bekerja, ayah ku yang bekerja sebagai tukang las body mobil, entah ada firasat buruk apa, tiba-tiba sebuah linggis yang ada di atas obil terjatuh dengan sendirinya yang hampir mengenai ayah ku.
Ayah ku teringat dengan ibu ku yang ada di desa yang sedang sakit keras, saat itu ayahku langsung meminta bossnya untuk mengatarkan ayah dan keluarga ku berangkat ke desa untuk melihat keadaan ibuku.
Aku yang berada di rumah, di jemput ayahku dan bersiap untuk berangkat, kami beraangkat sekitar jam 5 sore, perjalanan yang menurut ku sangat jauh, bagi seorang anak kecil seperti aku, kami menyempatkan berhenti untuk makan di sebuah restoran, ayah ku yang terlihat begitu kawatir, merasa tak tenang dengan firasat yang ayahku rasakan, aku mengingat raut wajah ayahku yang begitu sedih, aku tak bisa melakukan apa-apa, namun aku masih mengingat jelas kejadiaan saat itu.
Akhirnya perjalanan kami pun berlanjut, aku ayahku, akek dari ayahku, boss dan istrinya, kami ber 5 akhirnya sampai di rumah kakek nenek ku dari ibuku, kami yang sampai sekitar jam 6 lebuh sore itu, aku yang turun dari mobil, melihat kakak keponakan ku yang menghampiri kami, aku yang ingin tersenyum saat melihat kakak ku yang menghampiriku, amun tertahan dengan melihat keadaan rumah yang sudah di penuhi orang banyak, kakakku yang menghampiri dengan air mata yang mengalir, lalu berkata, bulek sudah tidak ada, aku tersentak tak bisa berkaa apa-apa, ayah ku yang langsung berlari menghampiri ibuk ku yang sudah tak bernafas lagi.
Ayahku emanangis dengan keras di hadapan ku, dan di hadapan orang banyak, aku yang masih kecil yang hanya merasa biasa saja, hanya bisa terdiaam melihat keadaan ini.
Kesokan harinya, ibuku di makamkan di desa kelahiran ibukku, aku merasa tak bisa melakukan apa-apa, hanaya bisa diam dan diam tak tahu harus berbuat apa, semua terasa seperti bukan kenyataan.
Saudara dari rumah bapak ku banyak yang datang melayat, menghadiri pemakaman ibuk ku, sampai pemakaman selesai kamipun pulang dengean membawa adikkuyang masih kecil kerumah, dan aku merasa perubahan yang aku rasakan, saat ibuku yang sudah merawatku mendidiku mengajariku banyak hal yang kini tinggal sebuah kenangan, tersisa satu lembar foto yang saat ini bisa aku lihat, tertinggal sebuh kitab suci Al-Quran yang dulu sering di baca oleh ibuk ku tercinta yang kini sudah kusam dan rusak yang menjadi bacaan ku setelah sholat maghrib.
Aku yang saat ini sudah dewasa, lebih sering teringat akan bayangan ibukku dan tak sanggup menahan air mata yang mengair deras dengan sendirinya, merasa aku yang belum bisa membahagiakan ibukku, kini aku hanay bisa berdoa agar semua urusan di dunia telah terselesaikan dan di berikan tempat yang paling indah di sana,
Aku angat prihatim dengan keadaaan orang jaman sekarang yang tidak bisa menghargai dan bahkan berani membentak ibuk kandungnya, berbahagialah kalian yang masih bisa memeluk ibuk kandungmu, bahagiakan lah beliau buat lah beliau bangga akan kamu yang menjadi seorang anak.
Jagalah orang tuamu sayangilah dan jangan kamu sakiti hatinya.